Sunday, September 6, 2009

Pendidikan : Institusi Pendidikan Barat pun Tawarkan Ekonomi Islam

Ekonomi Islam

By Republika Newsroom

Minggu, 06 September 2009 pukul 13:45:00

Industri keuangan syariah global yang berkembang pesat mendorong sektor lainnya ikut berkembang. Lembaga keuangan syariah yang mulai menjamur di berbagai negara pun mendorong permintaan akan lembaga pendidikan ekonomi syariah tumbuh subur. Pusat pendidikan ekonomi syariah pun tak hanya terbatas di negara-negara muslim, tapi telah berkembang ke negara-negara Barat.

Lembaga pendidikan di seluruh dunia pun seakan berlomba-lomba menawarkan jurusan dan program studi ekonomi Islam. Seperti halnya yang dilakukan oleh Universitas Durham, Inggris yang akan membuka program master ekonomi Islam mulai Oktober mendatang. Universitas itu menjadi salah satu dari sejumlah lembaga pendidikan di Eropa yang menawarkan program keuangan syariah.

Pengajar keuangan Islam Universitas Durham, Profesor Habib Ahmed mengatakan seiring dengan berkembangnya industri keuangan syariah saat ini terdapat banyak permintaan akan pendidikan ekonomi Islam. “Lembaga keuangan syariah yang lebih stabil dari industri konvensional membuat lembaga pendidikan berlomba menyediakan pendidikan dan pelatihan formal di area ini,” kata Ahmed, sebagaimana dikutip cnn.com, Ahad (6/9).

Dengan tersedianya program studi ekonomi Islam diharapkan siswa asal Asia dan Timur Tengah dapat menimba ilmu di sana. Meski demikian Ahmed tak menampik sejalan dengan tumbuhnya lembaga keuangan syariah semakin sulit menemukan staf pengajar ekonomi Islam. Pasalnya sebagian besar doktor ekonomi islam bekerja di industri keuangan syariah.

Industri keuangan syariah yang tumbuh 15-20 persen per tahun membuatnya dilirik sebagai alternatif dari krisis ekonomi global. Ahmed menambahkan banyak ekonom Islam yakin jika prinsip keuangan Islam diterapkan maka krisis ekonomi global lalu tak akan terjadi. “Saat ini pun banyak negara non muslim seperti Inggris, Prancis, Jepang, Hong Kong dan Singapura yang mengembangkan keuangan Islam,” ujar Ahmed.

Di negara Barat bank-bank seperti Lloyds TSB, HSBC, Deutsche Bank dan Citibank menawarkan produk keuangan Islam untuk menjaring peluang pasar umat muslim. Ahmed menambahkan meski sejalan dengan prinsip-prinsip islam, bukan berarti produk-produk keuangan Islam tak dapat digunakan oleh masyarakat non muslim. Ia mengacu pada nasabah lembaga keuangan syariah Malaysia yang mayoritas adalah non muslim

Selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah muslim, sejatinya prinsip keuangan Islam beretika yang membuat lembaga keuangan konvensional tertarik mengambil pelajaran dari krisis perbankan lalu. Meski bank-bank syariah juga terkena dampak dari krisis global, namun tak sampai membuatnya ambruk laiknya lembaga keuangan konvensional lain seperti yang terjadi di Amerika Serikat.

Sementara Eropa terus berusaha mengejar ketertinggalannya akan ekonomi Islam, negara adidaya Amerika malah justru agak tertinggal. Untuk menyusul ketertinggalan tersebut, Ahmed menuturkan perlunya perubahan hukum dan peraturan di Amerika untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi ekonomi Islam untuk tumbuh. “Malah saat ini mulai terdapat tanda bahwa Kanada mungkin akan menjadi pusat keuangan Islam untuk kawasan Amerika Utara,” ungkap Ahmed tanpa menjelaskannya lebih lanjut.

Akademisi keuangan Islam, Aly Khorshid menuturkan keuangan Islam yang menerapkan prinsip keuangan beretika membuatnya tetap bertahan. Satu hal fundamental yang membedakannya dari sistem konvensional adalah bank syariah tak mengenakan bunga. Alih-alih utang-piutang sistem keuangan Islam mendasarkan pada jual-beli. “Orang mengira sistem Islam berdasar agama tapi sebenarnya sistem ini berdasar pada keadilan,” kata Khorshid. Sistem keuangan Islam melarang melakukan investasi yang dapat membahayakan lingkungan dan masyarakat.

Khorshid menambahkan walau terlalu awal mengatakan keuangan Islam lebih baik mengatasi krisis ekonomi dibanding lembaga konvensional, sistem keuangan Islam memiliki lebih banyak lapisan pengelolaan manajemen risiko yang dapat melindungi sistem ini dari permasalahan yang dihadapi bank konvensional. gie/kpo

[Via http://jakarta45.wordpress.com]

No comments:

Post a Comment